Impian Fadly sederhana, namun begitu mulia: membanggakan ibunya dan membangunkan rumah yang layak
Jakarta,Aktualid.net Di tengah riuh rendah sorak sorai stadion, nama Fadly Alberto Hengga tiba-tiba mencuat. Golnya ke gawang Yaman dalam Kualifikasi Piala Asia U-17 2025 tak hanya mengantarkan kemenangan bagi Timnas Indonesia, tapi juga membuka tirai sebuah kisah yang jauh lebih besar dari sekadar sepak bola. Di balik seragam Garuda Asia yang gagah, tersimpan jejak perjuangan seorang remaja yang tumbuh di tengah keterbatasan, namun memiliki mimpi sebesar langit.
Bayangkan sebuah rumah berdinding papan reyot, berukuran tak lebih dari 4×8 meter. Di sanalah, di Desa Banjarsari, Bojonegoro, Jawa Timur, Fadly kecil menghabiskan masa kanak-kanaknya bersama sang ibu, Piana, dan adik perempuannya. Rumah itu bukan miliknya, melainkan berdiri di atas lahan Perhutani yang kapan saja bisa rata dengan tanah. Tak ada sekat pemisah, dapur, tempat tidur, dan ruang tamu berbaur menjadi satu.
Piana, sang ibu, adalah pahlawan tanpa tanda jasa bagi Fadly dan adiknya. Ia bekerja serabutan, dari mencuci pakaian tetangga hingga mengasuh anak, demi sesuap nasi dan selembar rupiah untuk membayar sewa lahan. Kerasnya hidup menempa Fadly menjadi anak yang mandiri dan penuh pengertian.
Lahir di Timika, Papua Tengah, pada 22 Juni 2008, Fadly kecil harus merasakan pahitnya perpisahan orang tua di usia tiga tahun. Ia kemudian ikut sang ibu kembali ke tanah kelahiran Piana, Bojonegoro. Meski darah Papua mengalir dalam nadinya, Fadly tumbuh dalam balutan budaya Jawa. Bahasa Indonesia dan Jawa menjadi bahasa sehari-harinya, tanpa pernah mengenal dialek tanah leluhurnya.
Namun, ada satu hal yang tak bisa dipisahkan dari diri Fadly sejak kecil: sepak bola. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, tepatnya kelas 3, ia sudah terpikat dengan si kulit bundar. Ajakan seorang teman membawanya ke Sekolah Sepak Bola (SSB) Sukorejo di Bojonegoro. Saat itu, bahkan sepasang sepatu bola pun tak ia miliki. Dengan meminjam milik teman, Fadly kecil mulai menjejakkan kakinya di lapangan hijau, memupuk mimpi yang kelak membawanya ke panggung internasional.
“Sejak kecil sepak bola itu sudah melekat di hati. Waktu kelas 3 SD saya diajak teman latihan di SSB Sukorejo,” kenang Fadly, tatapan matanya menerawang jauh ke masa lalu.
Bakatnya terus terasah di SSB Sukorejo hingga bangku SMP. Setelah lulus, Fadly tak berhenti mengejar mimpinya. Ia melanjutkan ke Akademi Sepak Bola Bhayangkara di Bojonegoro. Di sana, ia mengikuti seleksi Elite Pro Academy (EPA) Bhayangkara FC U-16. Kompetisi inilah yang menjadi jembatan emas menuju panggilan Timnas U-16.
“Alhamdulillah, setelah sembilan bulan ikut pertandingan EPA, saya mendapat panggilan seleksi Timnas U-16,” ujarnya dengan nada syukur.
Kini, di usianya yang menginjak 16 tahun, Fadly tak hanya menjadi andalan lini depan Garuda Asia, tetapi juga seorang siswa kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan di SMK Negeri Dander, Bojonegoro. Ia tetap tinggal bersama ibu dan adik perempuannya, Iriana Beatrik Hengga.
Kabar panggilan seleksi Timnas U-16 sempat ia simpan rapat-rapat dari sang ibu. Baru setelah libur latihan di bulan Ramadan, Fadly memberanikan diri menyampaikan berita gembira itu. “Setelah libur latihan bulan puasa kemarin boleh pulang, baru sempat memberi tahu ibu,” tuturnya.
Impian Fadly sederhana, namun begitu mulia: membanggakan ibunya dan membangunkan rumah yang layak. Ia juga mengagumi sosok Neymar Jr, bintang sepak bola Brasil, dan bercita-cita mengikuti jejaknya di dunia profesional.
Kisah perjuangan Fadly menyentuh hati banyak orang. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, melalui Sekretaris Daerah Nurul Azizah, bergerak cepat memfasilitasi pembangunan rumah baru untuk Fadly di atas lahan yang sama, tepat di sebelah gubuk lamanya. Rumah berukuran 5×9 meter dengan dinding tembok itu dibangun pada tahun 2024. Pihak Perhutani pun memberikan izin penggunaan lahan selama belum ada rencana pemanfaatan lain.
Tak hanya itu, seorang pengusaha dermawan asal Bojonegoro, Lusianto Handoko dari PT Realfood Winta Asia, turut memberikan hadiah berupa rumah kepada Fadly. Hatinya tergerak setelah mendengar kisah inspiratif Fadly dari Budiono, bapak asuh sang pemain.
Langkah Fadly di Timnas U-17 mungkin baru dimulai, namun semangat pantang menyerah dan kerja kerasnya telah menjadi inspirasi bagi banyak orang. Dari sebuah rumah sederhana berdinding papan, Fadly membuktikan bahwa mimpi setinggi apapun bisa diraih asalkan ada keberanian untuk berjuang. Kisahnya adalah pengingat bahwa latar belakang bukanlah penghalang untuk meraih cita-cita, dan bahwa di balik setiap kesuksesan, selalu ada cerita perjuangan yang tak ternilai harganya. Fadly Alberto Hengga, sang penyerang dari gubuk papan, kini siap mengukir sejarah di panggung sepak bola Asia.
Irsb 69