AH Nasution Jadi Target Utama G30S/PKI ” Pengaruh Besar Sang Jenderal di Tubuh TNI “
Nama Jenderal Besar Abdul Haris Nasution begitu lekat dalam sejarah militer Indonesia. Sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan sekaligus Wakil Panglima Besar Komando Tertinggi, pengaruhnya di tubuh TNI AD sangat besar. Itulah sebabnya, ketika meletus peristiwa G30S/PKI, ia menjadi target utama operasi penculikan dan pembunuhan.
Target Utama Pasukan Cakrabirawa
Dalam operasi dini hari 1 Oktober 1965, pasukan Cakrabirawa mendapat perintah jelas: membawa Nasution hidup atau mati ke Lubang Buaya. Untuk menjemputnya, dikerahkan hampir dua pleton pasukan penuh, jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan untuk enam jenderal lainnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya posisi Nasution bagi pihak PKI.
Malam yang Panas, Lolos Karena Tak Bisa Tidur
Malam itu udara Jakarta sangat panas. Nyamuk-nyamuk yang berkerumun membuat Jenderal Nasution sulit memejamkan mata. Takdir seakan bekerja karena ia terjaga, ia mendengar suara tembakan dan kepanikan saat rumahnya di Jalan Teuku Umar digempur pasukan bersenjata.
Sang istri, Yohana Sunarti, dengan sigap menggendong putri kecil mereka, Ade Irma Suryani. Di tengah kekacauan, ia memohon agar suaminya segera menyelamatkan diri. Dengan penuh keberanian, Nasution melompat pagar belakang rumahnya dan berlari menuju Kedutaan Besar Irak, tempat ia bersembunyi hingga pagi.
Korban Salah Tangkap: Pierre Tendean
Namun, pasukan Cakrabirawa tak pulang dengan tangan kosong. Mereka mendapati ajudan muda Nasution, Lettu Pierre Andreas Tendean, yang tubuh dan posturnya mirip sang jenderal. Pierre diseret dengan kejam, dibawa ke Lubang Buaya, lalu dibunuh bersama enam perwira tinggi lainnya. Jasadnya kemudian ditemukan pada 4 Oktober 1965 dalam sumur maut yang kelak dikenal sebagai Monumen Lubang Buaya.
Kembali ke Markas Kostrad
Setelah berjam-jam bersembunyi, Nasution keluar dari persembunyiannya menjelang pagi. Dengan kondisi lemah, ia kembali ke rumahnya, lalu dibawa iparnya dan beberapa perwira ke Markas Kostrad, tempat ia bersama Mayor Jenderal Soeharto menyusun langkah untuk menumpas gerakan G30S/PKI.
Dari Buronan ke Jenderal Besar
Meski hampir menjadi korban, sejarah mencatat Nasution sebagai salah satu penyelamat bangsa. Pada 5 Oktober 1997, bersama Soedirman dan Soeharto, ia dianugerahi pangkat kehormatan Jenderal Besar sebuah penghargaan tertinggi bagi jasa dan pengaruhnya dalam membentuk pertahanan negara.
Sumber : datariau.com