Sekda Kabupaten Kuningan, Dian Rachmat Yanuar, menyatakan, “ASN itu harus tangguh seperti nakhoda di lautan,
Analogi Nakhoda di Lautan
Sekda Kabupaten Kuningan, Dian Rachmat Yanuar, dalam pidatonya menyatakan, “ASN itu harus tangguh seperti nakhoda di lautan, mampu dan terbiasa melewati gelombang, bukan lautan tenang.” Analogi ini mengajarkan bahwa ketangguhan tidak terbentuk dalam situasi yang nyaman, melainkan melalui pengalaman menghadapi dan mengatasi tantangan. Sama seperti nakhoda yang belajar mengemudi kapal di tengah badai, ASN juga belajar dan berkembang melalui kesulitan dan hambatan
Analogi nakhoda di lautan yang disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kuningan, Dian Rachmat Yanuar, mengandung makna yang mendalam tentang ketangguhan dalam kepemimpinan. Lautan yang penuh dengan ombak dan badai melambangkan rintangan dan tantangan yang dihadapi oleh seorang pemimpin. Nakhoda yang mampu mengarahkan kapalnya dengan selamat melalui badai adalah ibarat pemimpin yang tangguh dan berhasil membawa organisasinya mencapai tujuan.
Lautan, dengan segala kemegahan dan misterinya, telah lama menjadi sumber inspirasi bagi para filsuf dan pemikir. Aristoteles, dalam karyanya “Nicomachean Ethics,” menggambarkan manusia sebagai “makhluk politik” yang membutuhkan kepemimpinan untuk mencapai tujuan bersama. Ia juga menekankan pentingnya kebijaksanaan dan keberanian dalam diri seorang pemimpin.
Filsuf Tiongkok kuno, Lao Tzu, dalam Tao Te Ching, mengajarkan tentang harmoni dan keseimbangan. Ia menekankan bahwa pemimpin yang efektif adalah mereka yang mampu mengikuti alur alam dan beradaptasi dengan perubahan.
Al-Quran dan Hadits, sebagai sumber utama ajaran Islam, kaya akan hikmah tentang ketangguhan. Surat Al-Baqarah ayat 286 mengingatkan kita:
“Dan Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia memberi ganjaran baginya (dengan pahala) dari apa yang telah dia usahakan dan Dia menjauhkan darinya (kesalahan) yang telah dia lakukan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT tidak akan memberikan cobaan kepada manusia melebihi kemampuannya. Setiap rintangan dan kesulitan yang dihadapi merupakan kesempatan untuk belajar dan berkembang. Pemimpin yang tangguh adalah mereka yang mampu bersabar dan terus berusaha dalam menghadapi cobaan, dengan keyakinan bahwa Allah SWT akan memberikan pertolongan dan kekuatan bagi mereka yang beriman dan beramal saleh.
Para ahli di bidang kepemimpinan juga banyak membahas tentang pentingnya ketangguhan bagi seorang pemimpin. Kurt Lewin, seorang psikolog terkenal, menekankan pentingnya gaya kepemimpinan yang demokratis dan partisipatif dalam membangun tim yang tangguh.
Barbara Fredrickson, dalam penelitiannya tentang emosi positif, menunjukkan bahwa pemimpin yang mampu menciptakan lingkungan kerja yang positif dan penuh optimisme dapat meningkatkan ketangguhan timnya.
Analogi nakhoda di lautan adalah pengingat penting bagi para pemimpin tentang makna ketangguhan. Dengan belajar dari filosofi, mendalami hikmah Al-Quran dan Hadits, meneladani keteguhan Nabi Muhammad SAW, dan mengikuti pandangan para ahli, para pemimpin dapat mengembangkan ketangguhan yang diperlukan untuk membawa organisasinya mencapai tujuan dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
irman

