Catatan Radaksi ” Martabat dan Wibawa Bangsa ancur,Presiden bagi bagi sembako depan Istana “
Oleh Irman Syamsul Bahri
Pemimpin Radaksi
Beginilah jika Bangsa yang besar di pimpin oleh pemimpin yang haus kekuasaan,Hingga segala cara di lakukan dan tak lagi menjaga wibawa Bangsa dan Negara.
Presiden yang terlihat panik demi memuluskan anak mahkotanya untuk menjadi penerus kekuasaan demi menyelamatkan dirinya setelah tidak lagi menjadi penguasa.
Hukum di obok obok untuk kepentingan keluarga hingga MK sang paman pun ikut melabraknya lewat keputusan yang meloloskan anak ingusan untuk menjadi kontestan di PILPRES 2024.

Secara gamblang Presiden mengakui ketidak netralannya dalam dukung mendukung Calon Presiden,Merasa dirinya sebagai pemegang kekusaan dengan enteng tanpa malu mengakui keberpihakannya hal ini demi Anak mahkota juga.
Yang sangat miris dan prihatin bagi kita sebagai Rakyat Indonesia yang bermartabat ,Melihat apa yang di lakukan seorang Presiden sekelas ketua RT,bagi bagi sembako seakan menjadi sebuah agenda besar negara hingga ia lakukan di Depan Istana dan nampak ada mentri yang ikut juga dalam kegiatan itu,Miris kita melihatnya di mana Istana Kepresidenan yang dulu amat di jaga kewibawaannya sebagai pusat atau tempat orang nomer satu mengatur negara, kini jatuh layaknya balai Desa yang biasa di pakai untuk membagikan bantuan sembako,Memalukan sekali jangankan kita sebagai Rakyatnya merasa prihatin bahkan menjadi sorotan luar negri juga,Maka hilanglah wibawa Bangas dan Negara,Yang dulu menjadi suatu perhitungan luar negri sebagai bangsa yang berwibawa sekarang hilang sirna oleh Presiden yang tak lagi bisa menjaga marwah kehormatan Negara,Hal ini karena untuk menjaga dinasti politiknya demi menyelamatkan dirinya,Keluarga dan Kroninya.

Di era sekarang Oligarki mencengkram dengan segala cara di lakukan walau harus melabrak Undang Undang, dan menyandra beberapa penguasa Partai politik untuk bisa di ikat dalam keinginannya,demi memuluskan kedinastian kekuasaan, Sampai partai besar yang dulu menjaga dan konsisten dengan garis partainya sekarang tergadaikan demi menyelamatkan Ketua Partai dari ancaman jeratan Hukum.
Inalillahi wa inalillahi rojiun telah matinya Demokrasi dan turut meninggalnya wibawa bangsa yang besar.
red