KERAJAAN CIREBON TERPECAH MENJADI 3
Ada beberapa versi seputar mengapa Kerajaan Cirebon terpecah menjadi 3 Kerajaan, dan diantara salah satu versi yang ada kisahnya demikian;
Amangkurat I begitu bernafsu menghapuskan kerajaan Cirebon, hingga Raja Cirebon (Panembahan Girilaya) berserta dua putranya yang kala itu masih kecil dijebak untuk datang ke Mataram. Sesampainya di Mataram, Raja Cirebon dibunuh dengan jalan halus (Diracun), sementara dua anak laki-lakinya (Mertawijaya & Kertawijaya) ditawan tidak boleh kembali ke Cirebon.
Selama kekosongan Raja, Cirebon diperintah oleh 7 Orang Jaksa dengan yang dipertuan Agungnya Pangeran Wangsakerta, Putra Raja Cirebon dari selir yang juga masih kecil.
16 Tahun kemudian, Ketika Pangeran Wangsakerta besar, beliau berkunjung ke Banten, meminta Tolong kepada Sultan Ageng Tirtayasa untuk membebaskan dua kakaknya yang ditawan Mataram.
Cirebon & Banten kemudian bersekutu dan melancarkan misi untuk memulangkan dua Pangeran yang ditawan. Cirebon & Banten kala itu mendanai dan mengirimkan senjata untuk Pangeran Trunojoyo yang kala itu sedang memberontak pada Amangkurat I. Dengan perjanjian apabila Trunojoyo berhasil menang perang mengembalikan Putra Raja Cirebon yang ditawan. Trunojoyo menyanggupi.
Berbekal dari Persenjataan dan keuangan yang dikirim Banten dan Cirebon, pemberontakan Trunojoyo berhasil merebut Keraton Mataram, bahkan Amangkurat I nya kemudian melarikan diri dan pada akhirnya wafat dalam pelarian.
Pada perang perebutan Keraton Mataram, rupanya dua Putra Sultan Cirebon terpencar, Pangeran Kertawijaya ditemukan oleh Pasukan Trunojoyo sementara Pangeran Mertawijaya pada mulanya tersesat bersama rombongan Pengungsi.
Utusan Pangeran Trunojoyo kemudian mengantarkan Pangeran Kertawijaya pulang ke Cirebon, sementara Putra Mahkota (Pangeran Mertawijaya) belum ditemukan. Pada mulanya para Pejabat di Cirebon dan Banten menggap jika Putra mahkota kemungkinan tewas terbuhuh.
Karena beranggapan Putra Mahkota telah wafat, maka Pangeran Kertawijaya dinobatkan menjadi Sultan Cirebon. Namun yang terjadi selepas Penobatan jutsru Putra Mahkota ditemukan dan diantarkan ke Cirebon.
Pada masa ini Cirebon dirundung dilema, walau begitu akhirnya diputuskan jika Pangeran Mertawijaya diangkat menjadi Sultan tanpa menurunkan status adiknya yang sudah diangkat menjadi Sultan. Cirebon akhirnya dipecah menjadi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Ternyata selepas Pengangkatan kedua Sultan tersebut, Para Petinggi Cirebon tidak enak hati terhadap Pangeran Wangsakerta yang berjasa memerintah Cirebon dan memulangkan kedua kakaknya, akhirnya Pangeran Wangsakerta juga diangkat menjadi Panembahan Cirebon dengan wilayah kekuasaannya sendiri.
Pangeran Mertawijaya mewarisi Keraton lama sebagai Singghasananya, sementara Pangeran Kertawijaya membangun keraton baru, adapun Pangeran Wangsakerta memilih tidak membuat Keraton baru dan lebih memilih Tinggal bersama Kakaknya di Kasepuhan sekaligus menjadi asisten kakaknya di kasepuhan.
Red